SAJAK TERAKHIR
titik
2003/02/23
2003/02/22
[Puisi] Ini Bukan Puisi
Ini Bukan Puisi
:TSP
kudengar suaramu gema, dalam nyanyi sunyi sukma.
ada meresah, pada daun kering merekah.
ada cinta, pada guguran kata.
"ini bukan puisi"
katamu dari pojok warung nasi gudeg lesehan marlioboro yang mulai malam ditinggal para seniman.
:sabarlah
si mbok sedang menyeduh air, wedang jahe yang selalu kita rindukan, kita reguk bersama di puncak merapi.
lalu kita cerita tentang edelwise yang mulai sirna
ah,
selama perjalanan ini telah kau abadikan setiap titik debu yang tertinggal di saku bajumu.
:TSP
kudengar suaramu gema, dalam nyanyi sunyi sukma.
ada meresah, pada daun kering merekah.
ada cinta, pada guguran kata.
"ini bukan puisi"
katamu dari pojok warung nasi gudeg lesehan marlioboro yang mulai malam ditinggal para seniman.
:sabarlah
si mbok sedang menyeduh air, wedang jahe yang selalu kita rindukan, kita reguk bersama di puncak merapi.
lalu kita cerita tentang edelwise yang mulai sirna
ah,
selama perjalanan ini telah kau abadikan setiap titik debu yang tertinggal di saku bajumu.
[Puisi] Lalu Waktu
LALU WAKTU
jarum itu selalu sama berputarputar dengan bunyi yang pula sama TAK! menjemukan
aku ingin nada beda TIK! misalkan
lalu waktu bersemedi dan mati
Anyer, 12 02 03
jarum itu selalu sama berputarputar dengan bunyi yang pula sama TAK! menjemukan
aku ingin nada beda TIK! misalkan
lalu waktu bersemedi dan mati
Anyer, 12 02 03
[Puisi] Kwatrin Musim
KWATRIN MUSIM
:Riena
[1]
kita tak perlu lagi membaca
dusta ramalan cuaca
sebab waktu pun meragu
tak lagi tentu ditunggu
[2]
pohon-pohon meresah
pada hujan mendarah
burung-burung gelisah
pada kemarau sejarah
[3]
bulan dikafani lembar penanggalan
bintang-bintang bertebaran dijalanan
langit kelabu menampung airmata
kita mati mencari cinta
[4]
yang tersisa hanya wangi melati
perlahan susup di hati
seteguk air
sesejuk desir
Anyer, 20 01 03
:Riena
[1]
kita tak perlu lagi membaca
dusta ramalan cuaca
sebab waktu pun meragu
tak lagi tentu ditunggu
[2]
pohon-pohon meresah
pada hujan mendarah
burung-burung gelisah
pada kemarau sejarah
[3]
bulan dikafani lembar penanggalan
bintang-bintang bertebaran dijalanan
langit kelabu menampung airmata
kita mati mencari cinta
[4]
yang tersisa hanya wangi melati
perlahan susup di hati
seteguk air
sesejuk desir
Anyer, 20 01 03
2003/02/18
[Puisi] Kabar Kematian
KABAR KEMATIAN
seperti hantu, tiktak waktu bergerak cepat bawa kabar kematian
kabel telepon, sela sinetron, bising desing senjata di seluruh semesta
di pojok kota bocah kecil kurus tanpa kata
menghapus jejak moyangnya dari buku cerita
lapuk diulang dibaca
tanah-tanah lapang nan gersang
lahap menyantap mayat gelimpang
burung-burung murung menapak lembah
menjemput mimpi tanpa arah
Anyer, 290103
LAMPU KOTA
separuh lagi
bulan akan pergi
tapilampu-lampu kota
menampakan wajah puisi
sesat di rimba basi
arak-arakan orang pedalaman
kunang-kunang malam
tak pergi setia mencumbu sampai pagi
Anyer, 290103
seperti hantu, tiktak waktu bergerak cepat bawa kabar kematian
kabel telepon, sela sinetron, bising desing senjata di seluruh semesta
di pojok kota bocah kecil kurus tanpa kata
menghapus jejak moyangnya dari buku cerita
lapuk diulang dibaca
tanah-tanah lapang nan gersang
lahap menyantap mayat gelimpang
burung-burung murung menapak lembah
menjemput mimpi tanpa arah
Anyer, 290103
LAMPU KOTA
separuh lagi
bulan akan pergi
tapilampu-lampu kota
menampakan wajah puisi
sesat di rimba basi
arak-arakan orang pedalaman
kunang-kunang malam
tak pergi setia mencumbu sampai pagi
Anyer, 290103
Subscribe to:
Posts (Atom)